Kamis, 11 Februari 2010

Mengapa Valentine Dilarang

Jangan Rayakan Hari Valentine 

RIYADH, Arab Saudi (Antara/Reuters):
Lembaga agama Arab Saudi memerintahkan umat Islam agar
menghindari perayaan berhala Hari Valentine guna
menghindari murka Allah, demikian laporan harian
Ar-Riyadh, Jumat. "Itu adalah hari raya penyembah
berhala ..., dan umat Muslim --yang percaya pada Allah
dan Hari Kiamat-- tak boleh merayakan atau mengakuinya
atau mengucapkan selamat (kepada orang yang
merayakannya).

Umat Muslim wajib menjauhkannya guna menghindari
hukuman dan murka Allah," kata komite tersebut --yang
dipimpin oleh Imam Agung Syeikh Abdulaziz bin Abdullah
Asy-Syeikh. Idul Fitri dan Idul Adha adalah hari raya
umat Muslim yang mengikuti bulan suci Ramadhan dan
Ibadah Haji. Kerajaan tersebut, yang menerapkan hukum
Islam murni, melarang hari raya non-Muslim dan polisi
moralnya biasanya melakukan penggerebekan guna
menjamin bahwa toko tak menjual cinderamata atau
hiasan pada Tahun Baru, Natal atau Hari Valentin
--yang diambil dari nama seorang tokoh Nasrani.
Sebanyak tujuh juta orang asing tinggal di Arab Saudi,
tempat kelahiran agama Islam. Banyak di antara mereka
berasal dari negara Asia, tempat Hari Valentine
dirayakan.

Haram

Ketua MUI Sumut Prof Dr H Abdullah Syah, MA mengatakan
kalangan umat Islam dilarang keras melaksanaan
valentine day karena bertentangan dengan norma agama
dan budaya Indonesia. "MUI sudah mengeluarkan fatwa
haram terhadap valentine day karena pelaksanaannya
bersifat hura-hura dan menjurus maksiat," kata
Abdullah Syah kepada Waspada, Jum'at (13/2), berkaitan
hari valentine day (hari kasih sayang) yang biasanya
dirayakan pada setiap 14 Februari.

Menurut Abdullah Syah, dalam Islam dianjurkan berkasih
sayang atau bersilaturahmi antara anak dengan
orangtua, kakak dengan adik yang semuhrim, suami
isteri dan sebagainya. "Kalau kegiatan syukuran,
bersilaturahmi atau berkasih sayang dalam keluarga itu
dianjurkan setiap hari dan tidak harus ditetapkan
tanggalnya.

Intinya berkasih sayang itu dibolehkan asal ada batas
norma agama dan budaya ketimuran," ujar Abdullah yang
juga guru besar IAIN-SU. Tetapi pada peringatan
'valentine day', kata dia, kerap kali pelaksanaannya
tidak sesuai ajaran Islam seperti pesta pora, bergaul
lawan jenis yang tidak muhrim, minuman keras, dan
sebagainya. "Akibat pelaksanaannya menjurus maksiat
maka MUI mengharamkan 'valentine day'," tegas dia.

Untuk itu, kata Abdullah Syah, diimbau kepada generasi
muda, khususnya umat Islam, agar jangan terpengaruh
acara 'valentine day' yang berasal dari budaya barat
tersebut. "Biasanya acara bersifat foya-foya itu
banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Kalau hidup
tidak mau merugi, hindarilah 'valentine day' itu,"
tambah dia.

Imam Masjid Gang Bengkok Medan Drs H Ahmad Sazali
mengatakan, semua hari dalam kehidupan muslim di dunia
ini untuk berkasih sayang dalam arti bersilaturahmi.
"Berkasih sayang itu bisa juga saling menghargai,
menyayangi dan menghormati antara yang tua dengan yang
muda dan sebaliknya," ujar dia. Jadi, kata Ahmad
Sazali, berkasih sayang itu tidak harus diperingati
dalam bentuk berpelukan antara dua jenis yang bukan
muhrimnya, bermabuk-mabukan, narkoba, pesta pora dan
sebagainya. "Yang kerap terjadi pada acara 'valentine
day' itu sering diwarnai dengan perbuatan yang
dilarang agama dan budaya kita sehingga memudahkan
setan merusak iman manusia," tambah dia. Dalam Islam,
ujar Ahmad Sazali, Allah jelas melarang umatnya
mengikuti ajaran agama dan budaya orang lain.
"Barangsiapa yang mengikuti agama yang bukan ajaran
Islam maka Allah akan melaknatnya. Otomatis 'valentine
day' itu haram hukumnya," kata dia.